ImamSyafi'I punya nama asli, Abu Abdullah Muhammad bin Idris asy-Syafi'i al-Muththalibi al-Qurasyi. Dia lahir di Ashkelon, Gaza, Palestina pada tahun 150 H/767 M. kemudian meninggal di Fusthat, Mesir, 204 H/819 M Sebagaimana disebutkan sejarah.
Home Hikmah Kamis, 16 Desember 2021 - 1754 WIBloading... A A A ﻭَﺍﻟﻜَﻠﺐُ ﻳُﺨْﺴَﻰ ﻟَﻌَﻤْﺮِﻯْ ﻭَﻫُﻮَ ﻧَﺒَّﺎﺡُ"Apakah kamu tidak melihat bahwa seekor singa itu ditakuti lantaran ia pendiam? Sedangkan seekor anjing dibuat permainan karena ia suka menggonggong ?" Diwan As-Syafi’i karya Yusuf Asy-Syekh Muhammad Al-Baqa'iBeliau menambahkan"Orang pandir mencercaku dengan kata-kata jelek. Maka aku tidak ingin untuk menjawabnya. Dia bertambah pandir dan aku bertambah lembut, seperti kayu wangi yang dibakar malah menambah wangi." Diwan Asy-Syafi’i Hal 156Maka, tidak perlu berdebat dengan orang-orang yang nantinya hanya akan menghinakan diri kita sendiri, bahkan bisa jadi juga menghinakan para Ulama. Imam Syafi'i berkata kepada orang jahil yang menantangnya berdebat "Berkatalah sekehendakmu untuk menghina kehormatanku, diamku dari orang hina adalah suatu jawaban. Bukanlah artinya aku tidak mempunyai jawaban, tetapi tidak pantas bagi singa meladeni anjing."Demikian sikap Imam Syafi'i yang memilih diam ketika menghadapi orang-orang bodoh. Cara ini beliau lakukan agar terhindar dari perdebatan yang tidak berujung dan selamat dari sikap amarah. Baca Juga rhs imam syafii imam syafi'i ketika berdebat dengan orang bodoh nasihat imam syafii kisah kisah imam syafii kalam ulama Artikel Terkini More 5 menit yang lalu 22 menit yang lalu 50 menit yang lalu 1 jam yang lalu 1 jam yang lalu 4 jam yang lalu
Bukanlahartinya aku tidak mempunyai jawaban, tetapi tidak pantas bagi singa meladeni anjing." "Amalan yang paling berat diamalkan ada tiga : dermawan saat yang dimiliki sedikit, menghindari maksiat saat sunyi tiada siapa-siapa, menyampaikan kata-kata yang benar dihadapan orang diharap atau ditakuti."
Dalam kehidupan terkadang kita akan selalu dihadapi dengan berbagai pilihan sikap, barbagai reaksi yang kita pilih dengan bermacam macam sikap dan tingkah laku, ada yang memang sikap dasar bawaan kita ada pula sikap yang kita kamuflase dan disembunyikan untuk alasan tertentu. Baik dilingkungan keluarga, tempat tinggal dan pekerjaan termasuk organisasi, kita cendrung berhadapan dengan berbagai tingkah laku orang lain yang tentunya sangat beragam dalam menghadapi masalah , ada yang meng-counter habis habisan, adapula yang arogan, ada juga yang diam dan tidak bereaksi terhadap serangan dan masalah. Ada dua sikap berlawanan yang disebutkan, Pendiam dan suka berkoar koar. Dari dua sikap yang berlawanan ini jelas terlihat bahwa pendiam lebih susah ditebak kemana arah fikir sedangkan orang yang berkoar koar akan cendrung kelihatan arah dan maksudnya. Bukankah diam itu emas? Imam Syafi’i berkata ﻣَﺎ ﻧَﺎﻇَﺮْﺕُ ﺃَﺣَﺪًﺍ ﻗَﻂُّ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﻐَﻠَﺒَﺔِ “Aku tidak pernah berdebat untuk mencari kemenangan” Maka dari itu, lebih baik kita mengalah saja dengan orang yang selalu jahil terhadap kita. Jika tidak, maka kita akan sama terpancing emosi darinya. Diam saja itu penyelamat, daripada diteruskan saling berbantahan yang tiada akhirnya. Lengkapnya dari Imam Syafi’i Rahimahullah dalam sikap menghadapi orang orang jahil ﺍِﺫَﺍ ﻧَﻄَﻖَ ﺍﻟﺴَّﻔِﻴْﻪُ ﻭَﺗُﺠِﻴْﺒُﻬُﻔَﺦٌﺮْﻳَ ﻣِﻦْ ﺍِﺟَﺎﺑَﺘِﻪِ ﺍﻟﺴُّﻜُﻮْﺕُ “Apabila orang bodoh mengajak berdebat denganmu, maka sikap yang terbaik adalah diam, tidak menanggapi” ﻓَﺎِﻥْ ﻛَﻠِﻤَﺘَﻪُ ﻓَﺮَّﺟْﺖَ ﻋَﻨْﻬُﻮَﺍِﻥْ ﺧَﻠَّﻴْﺘُﻪُ ﻛَﻤَﺪًﺍ ﻳَﻤُﻮْﺕُ “Apabila kamu melayani, maka kamu akan susah sendiri. Dan bila kamu berteman dengannya, maka ia akan selalu menyakiti hati” ﻗَﺎﻟُﻮْﺍ ﺳَﻜَﺖَّ ﻭَﻗَﺪْ ﺧُﻮْﺻِﻤَﺖْ ﻗُﻠْﺖُ ﻟَﻬُﻤْﺎِﻥَّ ﺍﻟْﺠَﻮَﺍﺏَ ﻟِﺒَﺎﺏِ ﺍﻟﺸَّﺮِ ﻣِﻔْﺘَﺎﺡُ Apabila ada orang bertanya kepadaku “jika ditantang oleh musuh, apakah engkau diam?” Jawabku kepadanya “Sesungguhnya untuk menangkal pintu-pintu kejahatan itu ada kuncinya.” ﻭَﺍﻟﺼُّﻤْﺖُ ﻋَﻦْ ﺟَﺎﻫِﻞٍ ﺃَﻭْ ﺃَﺣْﻤَﻖٍ ﺷَﺮَﻓٌﻮَﻓِﻴْﻪِ ﺃَﻳْﻀًﺎ ﻟِﺼَﻮْﻥِ ﺍﻟْﻌِﺮْﺽِ ﺍِﺻْﻠَﺎﺡُ “Sikap diam terhadap orang yang bodoh adalah suatu kemuliaan. Begitu pula diam untuk menjaga kehormatan adalah suatu kebaikan” Lalu Imam Syafi’i berkata ﻭَﺍﻟﻜَﻠﺐُ ﻳُﺨْﺴَﻰ ﻟَﻌَﻤْﺮِﻯْ ﻭَﻫُﻮَ ﻧَﺒَّﺎﺡُ “Apakah kamu tidak melihat bahwa seekor singa itu ditakuti lantaran ia pendiam ?? Sedangkan seekor anjing dibuat permainan karena ia suka menggonggong ??” Maka tidak perlu kita berdebat dengan orang orang yang nantinya hanya akan menghinakan diri kita sendiri. Untuk itu Imam Syafi’i berkata kepada orang jahil yang menantangnya berdebat “Berkatalah sekehendakmu untuk menghina kehormatanku, toh diamku dari orang hina adalah suatu jawaban. Bukanlah artinya aku tidak mempunyai jawaban, tetapi tidak pantas bagi Singa meladeni anjing” Dan Nabi Muhammad SAW juga telah bersabda “Aku akan menjamin sebuah rumah di dasar surga bagi orang yang meninggalkan debat meskipun dia berada dalam pihak yang benar. Dan aku menjamin sebuah rumah di tengah surga bagi orang yang meninggalkan dusta meskipun dalam keadaan bercanda. Dan aku akan menjamin sebuah rumah di bagian teratas surga bagi orang yang membaguskan akhlaknya.” Dalam alquran Allah SWT juga berfirman ﺧُﺬِ ﺍﻟﻌَﻔْﻮَ ﻭَﺃْﻣُﺮْ ﺑِﺎﻟﻌُﺮْﻑِ ﻭَﺃَﻋْﺮِﺽْ ﻋَﻦِ ﺍﻟﺠَﺎﻫِﻠِﻴْﻦَ “Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta berpalinglah dari orang-orang yang jahil” QS. Al-A’raf 199. Jadi, diam itu adalah hal terbaik untuk segala permasalahan hidup. Apalagi jika diam kita dengan tujuan tidak ingin mencari permasalahan. Bukankah Singa ditakuti karena dia diam sedangkan anjing dijadikan mainan karena ia menggonggong? “Orang pandai mencercaku dengan kata kata jelek Maka aku tidak ingin untuk menjawabnya. Dia bertambah pandai mencerca dan aku bertambah lembut, seperti kayu wangi yang dibakar malah menambah wanginya“. Navigasi pos
Bukanlahartinya aku tidak mempunyai jawaban, tetapi tidak pantas bagi singa meladeni anjing" (Imam Syafi'i) 10. "Amalan yang paling berat diamalkan Ada 3 (tiga). 1. Dermawan saat yang dimiliki sedikit. 2. Menghindari maksiat saat sunyi tiada siapa-siapa. 3. Menyampaikan kata-kata yang benar dihadapan orang diharap atau ditakuti" (Imam
Senin, 04 November 2019 103507 WIB Dibaca 70080 Kali Editor Drs. Johansyah Syafri - Reporter - Fotografer Teks foto Kadis Kominfotik Kabupaten BengkalisBelum lama ini. Sehabis apel masuk kantor, seorang sejawat ke ruang kerja kami. Dia menceritakan perihal sesuatu. Tentang sebuah peristiwa yang dialaminya sehari sebelumnya. Belum the end tuntas’ ceritanya, langsung kami potong. “Lain kali, tak usah dilawan. Meneng wae! Lebih baik diam! Selesai masalah!,” penggal kami. Kami potong, karena kami sudah tahu dan paham betul the main character pemeran utama’ di tuturannya itu. Kami berani begitu, juga dikarenakan almarhum ebak ayah’ memberikan tunjuk ajar demikian. Tak mungkin ebak mengajari anaknya sesuatu yang tak rancak. Tak elok. Tak santing. Setiap orang tua yang baik, tentu akan mengajarkan sesuatu yang sadis sangat cantik’ bahasa Ambon, Maluku pada buah hatinya. Bahkan tersadis. Kata ebak, satu diantara orang yang tak boleh dilawan yaitu orang buyan bebal; bodoh’. Apalagi buyan bange bebal nian’. Islam, agama yang kami anut, pun mengajarkan umatnya demikian. Firman-Nya dalam surah Al-A’raf ayat 199, artinya, “Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh.” Bodoh di ayat tersebut, sesuai sebuah rujukan, adalah sok pintar. Sok, tipe orang seperti ini tak mau mendengar pendapat orang lain. Siapa pun berseberangan pasti salah. Demikian bunyi Pasal 1 dalam diskresinya. Sedangkan Pasal 2 dalam regulasinya yang tak bisa diamandemen itu, “Kembali ke Pasal 1.” Ali bin Abi Thalib pun “muak” dengan orang bebal. “Jangan nasihati orang bodoh, karena dia akan membencimu. Tapi, nasihatilah orang berakal, niscaya dia akan mencintaimu,” pesan Ali bin Abi Thalib. "Jika engkau duduk bersama orang bodoh, maka diamlah. Jika engkau duduk bersama ulama, maka diamlah. Sesungguhnya diammu di hadapan orang bodoh, akan menambah kebijaksanaanmu, dan diammu di hadapan ulama akan menambah ilmumu," kata Sayidina Hasan al Basri. Abu Abdullah Muhammad asy-Syafi'i juga memberi petuah sama. Dia bahkan menyarankan tak usah berteman dengan orang bebal. Imam Syafi’i, adalah seorang ulama besar yang banyak berdialog. Piawai berdebat permasalahan agama. Alkisah, saking pandainya berdebat, Harun bin Sa’id pernah berkata, “Seandainya Syafi’i berdebat untuk mempertahankan pendapatnya bahwa sebuah tiang kayu yang aslinya terbuat dari besi, tentu dia akan menang.” Imam Syafi’i tak mau berdebat dengan orang pandir. “Setiap kali berdebat dengan kaum intelektual, aku selalu menang. Tetapi anehnya, kalau berdebat dengan orang bodoh, aku kalah tak berdaya.” Lainnya, “Orang pandir mencercaku dengan kata-kata jelek, aku tak ingin menjawabnya. Dia bertambah pandir dan aku bertambah lembut. Laksana kayu wangi dibakar, malah menambah harum.” Kemudian, ujarnya, “Berkatalah sekehendakmu tuk menghina kehormatanku, diamku dari orang hina adalah suatu jawaban. Bukan berarti aku tak punya jawaban, tetapi tak pantas bagi singa meladeni anjing.” Lainnya, “Apabila orang bodoh mengajakmu berdebat, maka sikap terbaik adalah diam, tak menanggapi. Jika kamu melayaninya, maka kamu bakal susah sendiri. Dan, bila kamu berteman dengannya, maka ia kan selalu menyakiti hati.” Masih kata Imam Syafi’i, “Sikap diam terhadap orang bodoh adalah suatu kemuliaan. Begitu pula diam untuk menjaga kehormatan adalah suatu kebaikan.” Katanya juga, “Apakah kamu tak melihat bahwa seekor singa itu ditakuti lantaran ia pendiam? Sedangkan seekor anjing dibuat permainan karena ia suka menggonggong.” Imam Syafi’i mengakui sulitnya berargumentasi dengan orang jahil, “Aku mampu berhujah dengan 10 orang berilmu, tapi aku pasti tak menang dengan seorang yang jahil, karena orang jahil tak pernah paham landasan ilmu.” Larangan bersahabat dengan orang bodoh, bukan hanya dikatakan Imam Syafi’i. Buddhisme juga memerintahkan begitu. “Dengan orang-orang bodoh, tak ada persahabatan. Lebih baik seseorang hidup sendiri daripada hidup dengan para lelaki egois, angkuh, pemberontak, dan kepala batu,” tegas Sidharta Gautama. “Jangan balas kebodohan dengan kebodohan. Jangan balas keterpurukan akhlak, kecuali dengan kebijaksanaan, kedewasaan,” kata ustaz Khalid Basalamah dalam salah satu ceramahnya di Bila tak pandai menari, jangan lantai dibilang terjungkat. Bengkalis, 4 November 2019
Bukanlahartinya aku tidak memiliki jawaban, tetapi tidak pantas bagi singa meladeni anjing" (Imam Syafi'i) 10. "Amalan yang paling berat diamalkan Ada 3 (tiga). 1. Dermawan saat yang dimiliki sedikit. 2. perbuatan maksiat saat sunyi tiada-siapa. 3. Menyampaikan kata-kata yang benar dihadapan orang diharap atau ditakuti" (Imam Syafi 'saya)
Belum lama ini. Sehabis apel masuk kantor, seorang sejawat ke ruang kerja kami. Dia menceritakan perihal sesuatu. Tentang sebuah peristiwa yang dialaminya sehari sebelumnya. Belum the end tuntas’ ceritanya, langsung kami potong. “Lain kali, tak usah dilawan. Meneng wae! Lebih baik diam! Selesai masalah!,” penggal kami. Kami potong, karena kami sudah tahu dan paham betul the main character pemeran utama’ di tuturannya itu. Kami berani begitu, juga dikarenakan almarhum ebak ayah’ memberikan tunjuk ajar demikian. Tak mungkin ebak mengajari anaknya sesuatu yang tak rancak. Tak elok. Tak santing. Setiap orang tua yang baik, tentu akan mengajarkan sesuatu yang sadis sangat cantik’ bahasa Ambon, Maluku pada buah hatinya. Bahkan tersadis. Kata ebak, satu diantara orang yang tak boleh dilawan yaitu orang buyan bebal; bodoh’. Apalagi buyan bange bebal nian’. Islam, agama yang kami anut, pun mengajarkan umatnya demikian. Firman-Nya dalam surah Al-A’raf ayat 199, artinya, “Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh.” Bodoh di ayat tersebut, sesuai sebuah rujukan, adalah sok pintar. Sok, tipe orang seperti ini tak mau mendengar pendapat orang lain. Siapa pun berseberangan pasti salah. Demikian bunyi Pasal 1 dalam diskresinya. Sedangkan Pasal 2 dalam regulasinya yang tak bisa diamandemen itu, “Kembali ke Pasal 1.” Ali bin Abi Thalib pun “muak” dengan orang bebal. “Jangan nasihati orang bodoh, karena dia akan membencimu. Tapi, nasihatilah orang berakal, niscaya dia akan mencintaimu,” pesan Ali bin Abi Thalib. "Jika engkau duduk bersama orang bodoh, maka diamlah. Jika engkau duduk bersama ulama, maka diamlah. Sesungguhnya diammu di hadapan orang bodoh, akan menambah kebijaksanaanmu, dan diammu di hadapan ulama akan menambah ilmumu," kata Sayidina Hasan al Basri. Abu Abdullah Muhammad asy-Syafi'i juga memberi petuah sama. Dia bahkan menyarankan tak usah berteman dengan orang bebal. Imam Syafi’i, adalah seorang ulama besar yang banyak berdialog. Piawai berdebat permasalahan agama. Alkisah, saking pandainya berdebat, Harun bin Sa’id pernah berkata, “Seandainya Syafi’i berdebat untuk mempertahankan pendapatnya bahwa sebuah tiang kayu yang aslinya terbuat dari besi, tentu dia akan menang.” Imam Syafi’i tak mau berdebat dengan orang pandir. “Setiap kali berdebat dengan kaum intelektual, aku selalu menang. Tetapi anehnya, kalau berdebat dengan orang bodoh, aku kalah tak berdaya.” Lainnya, “Orang pandir mencercaku dengan kata-kata jelek, aku tak ingin menjawabnya. Dia bertambah pandir dan aku bertambah lembut. Laksana kayu wangi dibakar, malah menambah harum.” Kemudian, ujarnya, “Berkatalah sekehendakmu tuk menghina kehormatanku, diamku dari orang hina adalah suatu jawaban. Bukan berarti aku tak punya jawaban, tetapi tak pantas bagi singa meladeni anjing.” Lainnya, “Apabila orang bodoh mengajakmu berdebat, maka sikap terbaik adalah diam, tak menanggapi. Jika kamu melayaninya, maka kamu bakal susah sendiri. Dan, bila kamu berteman dengannya, maka ia kan selalu menyakiti hati.” Masih kata Imam Syafi’i, “Sikap diam terhadap orang bodoh adalah suatu kemuliaan. Begitu pula diam untuk menjaga kehormatan adalah suatu kebaikan.” Katanya juga, “Apakah kamu tak melihat bahwa seekor singa itu ditakuti lantaran ia pendiam? Sedangkan seekor anjing dibuat permainan karena ia suka menggonggong.” Imam Syafi’i mengakui sulitnya berargumentasi dengan orang jahil, “Aku mampu berhujah dengan 10 orang berilmu, tapi aku pasti tak menang dengan seorang yang jahil, karena orang jahil tak pernah paham landasan ilmu.” Larangan bersahabat dengan orang bodoh, bukan hanya dikatakan Imam Syafi’i. Buddhisme juga memerintahkan begitu. “Dengan orang-orang bodoh, tak ada persahabatan. Lebih baik seseorang hidup sendiri daripada hidup dengan para lelaki egois, angkuh, pemberontak, dan kepala batu,” tegas Sidharta Gautama. “Jangan balas kebodohan dengan kebodohan. Jangan balas keterpurukan akhlak, kecuali dengan kebijaksanaan, kedewasaan,” kata ustaz Khalid Basalamah dalam salah satu ceramahnya di Bila tak pandai menari, jangan lantai dibilang terjungkat. Bengkalis, 4 November 2019
Tidakpantas bagi seekor singa meladeni anjing-anjing (Diwan asy-Syafi'i hal. 44, tahqiq DR. Imil Badi' Ya'qub) Gonggongan anjing-anjing itu tidak membahayakan awan. at June 09, 2018 No comments: Email This BlogThis! Share to Twitter Share to Facebook Share to Pinterest.
Nasihat Emas dari Imam Syafii. Foto Imam Syafii ilustrasi. Foto Nasihat Imam Syafii memberi pencerahan untuk umat. JIC, JAKARTA — Imam Syafi’i adalah seorang ulama besar yang menjadi peletak dasar mazhab fikih Syafii, salah satu dari empat mazhab yang dianut kalangan ahlus sunnah wa al-jama’ah Aswaja. Nasihat yang disampaikan Imam Syafi’at begitu mencerahkan kehidupan umat Islam di dunia. Terdapat beberapa nasihat emas dari Imam Syafi’i untuk umat Islam. Diantaranya, ia memberikan nasihat kepada para pencari ilmu. “Bila kau tak mau merasakan lelahnya belajar, maka kau akan menanggung pahitnya kebodohan”. Imam Syafi’i Selain itu, Imam Syafi’i juga pernah memberikan nasihat kepada umat Islam agar mencintai orang yang mencintai Allah. “Jangan cintai orang yang tidak mencintai Allah, kalau Allah saja ia tinggalkan, apalagi kamu”. Imam Syafi’i Masih banyak nasihat lainnya yang disampaikan Imam Syafi’i. Siapa pun yang mendengarkan nasihatnya, maka akan menemukan pencerahan dalam kehidupan beragama. Berikut nasihat Imam Imam Syafi’I yang dikumpulkan dari berbagai sumber. “Barang siapa yang menginginkan husnul khatimah, hendaklah ia selalu bersangka baik dengan manusia” Imam Syafi’i “Doa disaat tahajud adalah umpama panah yang tepat mengenai sasaran”. Imam Syafi’i “Ilmu itu bukan yang dihafal tetapi yang memberi manfaat”. Imam Syafi’i “Siapa yang menasihatimu secara sembunyi-sembunyi, maka ia benar-benar menasihatimu. Siapa yang menasehatimu di khalayak ramai, dia sebenarnya menghinamu”. Imam Syafi’i “Berapa banyak manusia yang masih hidup dalam kelalaian, sedangkan kain kafan sedang ditenun”. Imam Syafi’i “Jadikan akhirat di hatimu, dunia di tanganmu dan kematian di pelupuk matamu”. Imam Syafi’i “Berkatalah sekehendakmu untuk menghina kehormatanku, diamku dari orang hina adalah suatu jawaban. Bukanlah artinya aku tidak mempunyai jawaban, tetapi tidak pantas bagi singa meladeni anjing”. Imam Syafi’i “Amalan yang paling berat diamalkan ada tiga, yaitu dermawan saat yang dimiliki sedikit, menghindari maksiat saat sunyi tiada siapa-siapa, dan menyampaikan kata-kata yang benar di hadapan orang diharap atau ditakuti”. Imam Syafi’i “Orang yang hebat adalah orang yang memiliki kemampuan menyembunyikan kemeralatannya, sehingga orang lain menyangka bahwa dia berkecukupan karena dia tidak pernah meminta”. Imam Syafi’i “Orang yang hebat adalah orang yang memiliki kemampuan menyembunyikan amarah, sehingga orang lain mengira bahwa ia merasa ridha”. Imam Syafi’i “Orang yang hebat adalah orang yang memiliki kemampuan menyembunyikan kesusahan, sehingga orang lain mengira bahwa ia selalu senang”. Imam Syafi’i “Apabila engkau memiliki seorang sahabat yang membantumu dalam ketaatan kepda Allah, maka genggam eratlah ia, jangan engkau lepaskan. Karena mendapatkan seorang sahabat yang baik adalah perkara yang sulit, sedangkan melepaskannya adalah perkara yang mudah”. Imam Syafi’i. Sumber
. 167 311 185 127 166 134 414 173
tidak pantas singa meladeni anjing